Senin, 03 November 2014

1:00:00 PM
Sumpah pocong yang konon merupakan tradisi masyarakat luar bandar adalah sumpah yang dilakukan oleh seseorang dengan keadaan terbalut kain kafan layaknya orang yang telah meninggal.
 
Sumpah ini tak jarang dipraktikkan dengan tata cara yang berbeza, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tapi hanya dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk.

Sumpah pocong biasanya dilakukan oleh penganut agama Islam dan dilengkapi dengan saksi dan dilakukan di rumah ibadah (masjid). Di dalam undang-undang Islam sebenarnya tidak ada sumpah dengan mengenakan kain kafan seperti ini. Sumpah ini merupakan tradisi tempatan yang masih kental melaksanakan norma-norma adat. Sumpah ini dilakukan untuk membuktikan suatu tuduhan atau kes yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai bukti sama sekali.

Di dalam sistem mahkamah Indonesia, sumpah ini dikenal sebagai sumpah mimbar dan merupakan salah satu pembuktian yang dijalankan oleh pengadilan dalam memeriksa perkara-perkara perdata, walaupun bentuk sumpah pocong sendiri tidak diatur dalam peraturan Hukum Perdata dan Hukum Acara Perdata. Sumpah mimbar lahir kerana adanya perselisihan antara seseorang sebagai penggugat melawan orang lain sebagai tergugat, biasanya berupa perebutan harta warisan, hak-hak tanah, hutang-piutang, dan sebagainya.

Dalam suatu kes sivil ada beberapa tingkatan bukti yang layak diajukan, pertama adalah bukti surat dan kedua bukti saksi. Ada kalanya kedua belah pihak sulit menyediakan bukti-bukti tersebut, misalnya soal warisan, turun-temurunnya harta, atau hutang-piutang yang dilakukan antara almarhum orang tua kedua belah pihak beberapa puluh tahun yang lalu. Bila hal ini terjadi maka bukti ketiga yang diajukan adalah bukti persangkaan yaitu dengan meneliti rentetan kejadian di masa lalu. Bukti ini agak rawan dilakukan. Bila ketiga macam bukti tersebut masih belum cukup bagi hakim untuk memutuskan suatu perkara maka dimintakan bukti keempat iaitu pengakuan. Memandangkan ia terletak yang paling akhir, sumpah pun menjadi alat satu-satunya untuk memutuskan pertikaian tersebut. Jadi sumpah tersebut memberikan kesan langsung kepada pemutusan yang dilakukan hakim.

Sumpah ada dua macam iaitu Sumpah suppletoir dan Sumpah Decisoir. Sumpah Supletoir atau sumpah tambahan dilakukan apabila sudah ada bukti permulaan tapi belum boleh meyakinkan kebenaran fakta, kerananya perlu ditambah sumpah. Dalam keadaan tanpa bukti sama sekali, hakim akan memberikan sumpah decisoir atau sumpah pemutus yang sifatnya tuntas, menyelesaikan perkara. Dengan menggunakan alat sumpah decisoir, putusan hakim akan semata-mata bergantung kepada bunyi sumpah dan keberanian pengucap sumpah. Agar memperoleh kebenaran yang hakiki, kerana keputusan berdasarkan semata-mata pada bunyi sumpah, maka sumpah itu dikaitkan dengan sumpah pocong. Sumpah pocong dilakukan untuk memberikan dorongan psikologis pada pengucap sumpah untuk tidak berdusta.

0 komentar:

Posting Komentar